Mendobrak Diam: Suara Pesantren dalam Isu Seksualitas dan Kekerasan Seksual

Mendobrak Diam: Suara Pesantren dalam Isu Seksualitas dan Kekerasan Seksual

CIREBON – KOPRI PR PMII An-Nahdloh Harakah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam UIN Syekh Nurjati Cirebon kembali menghadirkan gagasan progresif melalui diskusi terbuka dengan tema:

“Mendobrak Diam: Seksualitas dan Kekerasan Seksual dari Perspektif Keilmuan Pesantren.”

Acara yang digelar di Kampus ISIF Cirebon, Kamis (28/08/2025) ini menjadi ruang intelektual sekaligus spiritual, menghadirkan keterlibatan pesantren, mahasiswa, dan masyarakat untuk membahas persoalan yang kerap dianggap tabu namun nyata dialami oleh banyak kalangan.

Problem di Kalangan Mahasiswa dan Santri

Fenomena kekerasan seksual dan problem pemahaman seksualitas kini tidak lagi dapat dipandang sebelah mata. Di kalangan mahasiswa, kasus-kasus seperti pelecehan di ruang akademik, kekerasan berbasis gender, hingga relasi kuasa yang timpang, seringkali tersembunyi karena budaya diam dan takut bersuara.

Sementara di lingkungan santri, problem berbeda namun tak kalah serius muncul. Minimnya ruang edukasi tentang seksualitas yang sehat sering kali membuat santri menghadapi kebingungan dalam memahami perubahan diri, relasi sosial, hingga batasan interaksi lawan jenis. Akibatnya, muncul stigma, salah paham, bahkan praktik kekerasan yang justru bertentangan dengan nilai Islam.

Diam di tengah problem ini bukanlah solusi. Justru diam melanggengkan kekerasan dan membuat korban semakin terpinggirkan.

Perspektif Keilmuan Pesantren

Pesantren memiliki tradisi panjang dalam mendidik akhlak, membangun etika, serta menanamkan kesadaran moral. Dari perspektif keilmuan pesantren, pembahasan seksualitas dan kekerasan seksual tidak dimaksudkan untuk membuka aib, melainkan untuk meluruskan pemahaman dan membangun kesadaran kolektif.

Ilmu-ilmu klasik seperti fiqh, tasawuf, hingga adab santri dapat menjadi landasan dalam membangun konsep seksualitas yang bermartabat—di mana tubuh manusia dihargai, relasi sosial dijaga dengan akhlak, dan martabat perempuan maupun laki-laki sama-sama dilindungi.

Solusi: Suara Baru dari Pesantren dan Kampus

Diskusi ini menegaskan bahwa pesantren dan kampus memiliki peran penting dalam menawarkan solusi, di antaranya:

  1. Edukasi Seksualitas yang Berbasis Nilai Islam
    Menyediakan ruang pembelajaran tentang seksualitas yang sehat, bukan sekadar biologis, tetapi juga etika, akhlak, dan tanggung jawab moral.
  2. Membangun Budaya Berbicara
    Mendorong mahasiswa dan santri untuk berani melaporkan dan mendiskusikan isu kekerasan seksual tanpa rasa takut, dengan dukungan sistem yang jelas.
  3. Mekanisme Pencegahan dan Pendampingan
    Pesantren dan kampus perlu menyiapkan sistem pencegahan (preventif) serta layanan pendampingan bagi korban kekerasan seksual, agar tidak ada yang merasa sendirian menghadapi masalah ini.
  4. Kolaborasi Akademik dan Pesantren
    Perlu ada jembatan antara kajian akademik, regulasi pemerintah, dan nilai-nilai pesantren sehingga solusi yang ditawarkan komprehensif, bukan parsial.

Pesantren Bersuara, Tabu Harus Runtuh

Tema “Mendobrak Diam” adalah ajakan agar tabu runtuh diganti dengan kesadaran, dan diam berubah menjadi keberanian berbicara. Pesantren hadir bukan hanya sebagai benteng tradisi, tetapi juga sebagai ruang solusi bagi problematika sosial kontemporer.

Dengan keterlibatan mahasiswa, santri, dan tokoh pesantren, acara ini menjadi bukti bahwa dunia pesantren mampu beradaptasi, berdialog, dan menjawab tantangan zaman—termasuk dalam isu seksualitas dan kekerasan seksual yang kini menjadi perhatian global.